Selasa, 29 Agustus 2017

#SOLD_OUT_TERMAHAR_KOSONG


DAPUR : Pandawa Pudhak Sategal
PAMOR : Pulo Tirto
TANGGUH : est.  Mataram
WARANGKA : Gayaman Solo Kayu Timoho

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang






DHAPUR PANDAWA
PANDAWA, atau sering juga disebut pendawa, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan, tidak ada lagi ricikan lainnya.

FILOSOFI, Bentuk pandhawa, maknanya lima kesatriya. Rahasianya adalah mengetahui lima arah hidup yang sesungguhnya.

1. Sadewa
Sadewa adalah saudara Pandawa paling kecil. Sadewa mengandung makna filosofi bahwa kita sebagai manusia yang diberi banyak kelebihan paling banyak berada dalam kondisi merasa bisa, merasa paling, merasa unggul sehingga terkadang dari keadaan tersebut muncullah sifat sombong, ingin dihormati, dan sejenisnya. Sifat ini sangat manusiawi. Posisi sifat batin manusia dalam tingkatan Sadewa merupakan posisi paling bawah.


2. Nakula
Nakula adalah kakak dari Sadewa. Nakula mengandung makna saya. Kula dalam bahasa jawa berarti saya akan tetapi bahasa yang santun dan rendah hati. Ini berarti keakuan dalam diri manusia yang tadinya merasa paling kini telah berubah satu tingkat lebih luhur, memperoleh kesadaran manusia bahwa dirinya merasa kecil dan masih ada yang lebih di atasnya. Hal ini disimbolkan dalam kata kula (Bahasa Jawa Kromo untuk menyebutkan identitas diri secara santun).


3. Arjuna
Arjuna adalah kakak Nakula. Arjuna berasal dari kata Her yang berarti air bening atau wening atau wingit atau ghaib. Dan Jun yang berarti tempat. Arjuna dapat simpulkan sebagai keadaan batin manusia yang telah dapat menjadi tenang, hening, dan bijaksana. Pada posisi ini manusia telah sadar akan hakekatnya sebagai makhuk hidup yang sempurna sehingga tindak tanduknya selalu disertai dengan pertimbangan-pertimbangan dan kebijaksanaan. Untuk mencapai tahap batin ini tidaklah mudah tidak seperti kita mencapai tahap Sadewa dan Nakula. Sebelum membahas Werkudara ada satu hal penting lain dalam tingkatan Arjuna dimana dialah penentu kemenangan dalam perang Bharata (Bharatayuda) bahkan dewa Wisnu yang menjelma sebagai Krisna hanya menjadi kusir kereta bagi Arjuna. Kisah ini mengandung makna Wisnu yang merupakan simbol sifat Ketuhanan yang melekat dalam diri manusia ( ruh manusia adalah sebagian kecil dari ruh Tuhan yang ditiupkanNya ) tetap terpengaruh oleh kebijaksanaan pribadi manusia dalam hal ini Arjuna dalam mengambil keputusan, sehingga memang benar bahwa manusia tidak boleh dalam setiap hal semata – mata memasrahkan hidupnya kepada takdir. Usaha dan ikhtiar adalah wajib. Wisnu yang menjelma dalam Kresna hanya sebagai kusir yang pada saat genting memberikan wejangan dan tuntunan kepada Arjuna dalam bersikap. Manusia pada saat tertentu ketika panca indera telah mengacaukan ketenangan batin perlu bertanya kepada nuraninya.


4. Werkudara (Bima)
Werku berarti menahan, mengendalikan, atau mengatur dan udara berarti nafas. Werkudara dapat diartikan sebagai suatu proses pengendalian nafas. Atau pengendalian hidup karena inti dari hidup adalah nafas. Tingkatan ini sangat sulit dicapai dan hanya orang – orang tertentu yang diijinkan Tuhanlah yang dimampukan pada tahap ini. Untuk mencapai tahap ini harus melalui berbagai macam proses seperti yang dikisahkan dalam lakon Dewaruci dan Begawan Bimo Suci. Dalam lakon Dewaruci dikisahkan bahwa Bima disuruh mencari banyu perwita sari ( perwita suci ) oleh resi Durna gurunya, dimana dia harus mencarinya di Alas Tribaksara, ia harus mengalahkan Reksasa Rukmuka dan Rukmukala, kemudian dia harus nyegur (masuk) samudera laya, mengalahkan naga raksasa dan terakhir bertemu dengan Dewaruci yang akhirnya mendapat wejangan tentang rahasia hidup. Dewa Ruci mempunyai makna sebagian kecil dari ruh Tuhan adalah Ruh kita, maka dikisahkan Dewa Ruci berbentuk mirip dengan Bima yang berarti bahwa kita telah keluar dari jasad dan bisa melihat jasad kita yang tentunya sama dengan ruh kita. Selanjutnya Dewaruci memberikan wejangan tentang rahasia kehidupan, sama seperti apabila manusia sampai pada kondisi tersebut ia akan mendapat wejangan tentang kehidupan dimana hanya manusia itu sendiri yang tahu. Itulah yang dinamakan banyu parwitasari, yang juga terkandung dalam kalimat tapake kuntul ngalayang (jejak burung kuntul yang sedang terbang), galih kangkung (inti dari kangkung) dan susuhing angin (tempat bersarangnya angin)” dimana yang dimaksudkan adalah sesuatu yang tidak nampak tetapi ada, itulah hidup atau ruh. Setelah Bima bertemu Dewaruci dan ia kembali hidup normal menggunakan jasad maka Bima kemudian menjadi Begawan. Manusia yang telah mengalami proses ini pasti akan mengalami perubahan spiritual dan pandangan hidupnya dari sebelumnya.


5.Puntadewa
Adalah saudara tertua yang berarti juga tingkatan tertinggi atau manusia yang telah menjadi insan kamil atau khalifah Tuhan untuk alam ini yaitu manusia yang telah menduduki fungsinya sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk lain sehingga ditunjuk Tuhan sebagai wakil yang memelihara alam ini. Puntadewa diceritakan berdarah putih dan raja yang tidak bermahkota. Punta/Punton berarti tali, Dewa symbol ketuhanan pada saat itu. Puntadewa dapat diartikan sebagai wakil dari Tuhan atau khalifah atau insan kamil, maka orang yang sangat dekat dengan Tuhannya disimbolkan berdarah putih (menjaga perbuatannya dari hal-hal yang tidak baik), tidak bermahkota (yang berarti tidak silau akan harta dan tahta duniawi).


Pandawa adalah cerminan keberadaan derajad manusia. Yang nantinya akan berperang dengan saudaranya sendiri yaitu Kurawa. Kurawa adalah gambaran tentang hasrat-hasrat, nafsu-nafsu dunaiwi yang cenderung mengganggu “Kembali”nya manusia pada Sang Penciptanya.


PAMOR PULO TIRTO
Artinya pulau air, bentuknya hampir sama dengan wos wutah, bedanya pada Pamor Pulo Tirto, “gumpalan-gumpalan” gambar pamor terpisah satu sama lain, letaknya agak berjauhan seperti bentuk pulau dalam sebuah peta. Tuahnya sama dengan Wos Wutah, yaitu harapan akan kehidupan yang lebih makmur.







#SOLD_OUT_TERMAHAR_KOSONG


DAPUR : Tilam Upih
PAMOR : Untu Walang, Batu Lapak
TANGGUH : est.  Mataram
WARANGKA : Gayaman Solo

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang




DHAPUR TILAM UPIH
Banyak cerita tentang keris pusaka keluarga dengan dapur Tilam upih. Banyak juga yang meyakini bahwa pusaka (ampuh) yang berwujud keris memiliki bentuk-bentuk sederhana, seperi halnya Tilam Upih. Menurut cerita dahulu kala, salah satu wali-sanga, yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut-pengikut beliau, bahwa keris pusaka pertama yang harus dimiliki adalah keris dengan dapur Tilam Upih. Menurut beliau keris dengan dapur ini, bisa menjadi pengikut/teman yang setia disaat suka maupun duka, disaat prihatin dan disaat jaya.

Tilam Upih yang dalam terminologi Jawa berarti tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk alas tidur, diistilahkan sebagai kondisi sedang tirakat/prihatin, masih tidur dengan alas yang keras, belum dengan alas yang empuk. Para orang tua jaman dahulu biasanya secara turun temurun memberikan anaknya yang menikah dengan keris dhapur tilam upih, artinya didoakan agar hidup rumah tangganya baik, mulya, berkecukupan atau sebuah bentuk simbolisasi harapan tentang hidup nyaman berkecukupan.



PAMOR UNTU WALANG
Mirip pamor tepen/wengkon, bedanya adalah kalau pamor wengkon, garis yang menjadi “bingkai” dari tepi bila adalah garis lurus. Sedangkan pamor untu walang, garis tepi yang membingkai bilah merupakan garis yang bergelombang yang membentuk gambaran serupa mata gergaji. Pamor ini tergolong pemilih, tidak semua orang akan cocok memilikinya. Oleh sebagian pecinta keris, pamor ini dianggap bertuah membuat pemiliknya menjadi tokoh yang dipercaya dan diangap pemimpin oleh orang sekelilingnya. Kata-katanya akan didengar dan ditaati.


PAMOR BATU LAPAK, pamor di belakang gandik atau di gandiknya yang berbentuk pusar-pusar, berkhasiat kewibawaan dan mendatangkan kekayaan.



#SOLD_OUT_TERMAHAR_KOSONG




DAPUR : Mundarang
PAMOR : Pulo Tirto
TANGGUH : est.  Tuban
WARANGKA : Ladrang Solo Iras

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang




Mundarang
Disebut juga Mendarang, bilahnya berukuran sedang. Keris itu memakai kembang kacang, lambe gajah-nya hanya satu, sogokan-nya rangkap, sraweyan dan greneng lengkap, sepintas mirip dhapur pasopati tetapi tanpa sogokan. Mundarang tergolong dapur keris langka.




Terdapat Pamor Bawang Sebungkul, tepat di pangkal janur ditengah sor-soran.
Sedangkan pada wilahnya terdapat garis pamor pulo tirto.


PAMOR PULO TIRTO
Artinya pulau air, bentuknya hampir sama dengan wos wutah, bedanya pada Pamor Pulo Tirto, “gumpalan-gumpalan” gambar pamor terpisah satu sama lain, letaknya agak berjauhan seperti bentuk pulau dalam sebuah peta. Tuahnya sama dengan Wos Wutah, yaitu harapan akan kehidupan yang lebih makmur.


PAMOR BAWANG SEBUNGKUL,adalah motif gambaran pamor yang bentuknya menyerupai irisan bawang. Pamor ini selalu menempati bagian sor-soran, yakni bagian pangkal bilah keris. Merupakan gambaran harapan agar adanya ketentraman keluarga, serta memberikan ketenangan kepada pemiliknya.

#SOLD_OUT_TERMAHAR_KOSONG



DAPUR : Brojol
PAMOR : Ujung Gunung
TANGGUH : est. Tuban Mataram
WARANGKA : Ladrang Solo

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi:
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang




DHAPUR BROJOL,adalah salah satu bentuk dhapur keris lurus yang sangat sederhana tanpa ricikan apapun hanya pejetan atau blumbangan. Dhapur ini sangat populer dan bisa ditemukan di setiap tangguh.


Bentuknya yang sederhana, simpel tanpa banyak embel-embel sering dikaitkan dengan upaya pengejawantahan keinginan manusia untuk senantiasa dapat lancar segala sesuatunya (mbrojol) dalam hal menyelesaikan kesulitan yang sedang dihadapi.


PAMOR UJUNG GUNUNG
Bentuk panor ini mirip dengan pamor singkir. Pada pamor ujung gunung garis2 pamor berhenti di ujung bilah dan membentuk sudut lancip seperti puncak gunung.


Pamor Ujung Gunung tuahnya hampir sama dengan singkir, bedanya ujung gunung dipercaya lebih ampuh untuk meningkatkan derajat,meraih simpati orang, sehingga pada masa kampanye dan pilkada keris pamor ini akan semakin langka dan mahal karena banyak calon pemimpin / legislatif memburu keris ujung gunung.


#SOLD_OUT_TERMAHAR_KOSONG



DAPUR :Megantoro
PAMOR : Pulo Tirto
TANGGUH : est.  Tuban
WARANGKA : Ladrang Solo

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang





DHAPUR MEGANTORO
Megantoro merupakan salah satu nama dhapur yang cukup terkenal dari sekian banyak dhapur dalam dunia perkerisan


Dalam kasanah bahasa Jawa Megantoro berasal dari dua kata iaitu Mego yang bererti awan,angkasa raya dan Antoro bermakna luas tidak terbatas.


Nilai falsafah daripada Meigantoro adalah agar si pemilik keris Megantoro dapat memiliki hati yang lapang selapang/seluas angkasa raya


PAMOR PULO TIRTO
Artinya pulau air, bentuknya hampir sama dengan wos wutah, bedanya pada Pamor Pulo Tirto, “gumpalan-gumpalan” gambar pamor terpisah satu sama lain, letaknya agak berjauhan seperti bentuk pulau dalam sebuah peta. Tuahnya sama dengan Wos Wutah, yaitu harapan akan kehidupan yang lebih makmur.



Sabtu, 26 Agustus 2017

#SOULD_OUT_TERMAHAR_KOSONG



DAPUR : Pandawa Lare
PAMOR : Pulo Tirto, Pamor Tiban
TANGGUH : est.  Mataram
WARANGKA : Ladrang Solo

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang






DHAPUR PANDAWA LARE
Kadang disebut pendawa lare, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai kembang kacang, lambe gajah, pejetan dan tikel alis. Bagian ada-adanya cukup terlihat jelas, sehingga permukaan bilah keris itu nggigir lembu.


FILOSOFI, Lare = kanak-kanak atau semasa muda. Lakon ”Pandawa Lare” bercerita tentang liku-liku kehidupan keluarga Pandawa yang harus menjalani pengasingan. Berbagai rintangan kehidupan mereka hadapi. Dalam berbagai kesusahan yang sudah dirasa tidak ada jalan keluarnya sekalipun, Para Pandhawa tidak digambarkan sedikitpun menghujat Tuhan atas kehendak yang mereka alami. Juga nasehat untuk selalu berbakti kepada orang Tua terutama Ibu yang telah mengandung dan melahirkan.


PAMOR PULO TIRTO
Artinya pulau air, bentuknya hampir sama dengan wos wutah, bedanya pada Pamor Pulo Tirto, “gumpalan-gumpalan” gambar pamor terpisah satu sama lain, letaknya agak berjauhan seperti bentuk pulau dalam sebuah peta. Tuahnya sama dengan Wos Wutah, yaitu harapan akan kehidupan yang lebih makmur.


PAMOR TIBAN LAM ALIF
Bentuknya mirip huruf ArabLam-alif disebutkan pada literatur (pamor doewoeng, stoomdrukkerij de bliksem 1937): pasti merupakan ageman orang terhormat (priyayi), gunanya pamor ini : Pertama, untuk tolak bala serta mendatangkan rejeki. Kedua dipenuhi kesejahteraan, ikhlas tapi tidak pamer dan adil.




Jumat, 25 Agustus 2017

Keris Pusaka Tilam Upih Pajajaran Beras Wutah Gonjo Iras



DAPUR : Tilam Upih
PAMOR : Beras Wutah
TANGGUH : est.  Pajajaran, Bilah Keris Sudah Membatu
WARANGKA : Branggah Jogja

Pemesanan dan pembayaran bisa via Tokopedia
Atau Hubungi: 
Telp./W.A: 0816869621
BBM: D97B02D4
Desa Bakalan Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang




DHAPUR TILAM UPIH
Banyak cerita tentang keris pusaka keluarga dengan dapur Tilam upih. Banyak juga yang meyakini bahwa pusaka (ampuh) yang berwujud keris memiliki bentuk-bentuk sederhana, seperi halnya Tilam Upih. Menurut cerita dahulu kala, salah satu wali-sanga, yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut-pengikut beliau, bahwa keris pusaka pertama yang harus dimiliki adalah keris dengan dapur Tilam Upih. Menurut beliau keris dengan dapur ini, bisa menjadi pengikut/teman yang setia disaat suka maupun duka, disaat prihatin dan disaat jaya.


Tilam Upih yang dalam terminologi Jawa berarti tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk alas tidur, diistilahkan sebagai kondisi sedang tirakat/prihatin, masih tidur dengan alas yang keras, belum dengan alas yang empuk. Para orang tua jaman dahulu biasanya secara turun temurun memberikan anaknya yang menikah dengan keris dhapur tilam upih, artinya didoakan agar hidup rumah tangganya baik, mulya, berkecukupan atau sebuah bentuk simbolisasi harapan tentang hidup nyaman berkecukupan.


TANGGUH PAJAJARAN, Tanah Pasundan adalah tanah yang sangat subur, gemah ripah loh jinawi. Dengan kesuburan tanahnya, hampir dipastikan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di tlatah tersebut mampu melakukan swasembada pangan sendiri. Tipikal masyarakat yang tinggal atau mempunyai daerah yang geografisnya subur, diberkahi banyak gunung, mata air dan sungai, berhawa sejuk hampir dipastikan masyarakatnya adalah mereka yang suka hidup damai.


Tanpa harus agresi ke daerah lain, secara normatif masyarakat ini tidak merasa khawatir akan kekurangan kebutuhan dasar; sandang, pangan dan papan, karena karena alam yang ada di sekitar sudah ‘maha’ menyediakan. Dengan latar belakang masyarakat agraris yang cinta damai, itulah keris keris pedalaman Barat (Pajajaran, Galuh, Pakuan) tercipta dengan tampilan ‘rasa’ yang khas. Kesederhanan tetapi tidak asal-asalan. Bilahnya sudah seperti batu, cenderung tipis, tapi memiliki keistimewaan. Teknik pattern-welding yang dipakai, lebih tampak istimewa karena ketipisan bilah yang tercipta. Bercampurnya besi, baja dan bahan pamor tetap terlihat kontras dalam bilah keris.


Keris Pasundan bukanlah tipe keris yang ‘sombong atau pamer’ (gebyar). Ungkapan kesederhanan dalam rasa estetis yang tinggi, jarang sekali kita temukan motif pamor keris Pasundan dengan teknik pamor miring, hampir sebagian besar menggunakan pola teknik pamor mlumah, sehingga terciptalah pamor dengan teknik dasar seperti ngulit semangka atau beras wutah yang terlihat matang. Tanah Pasundan juga terkenal sebagai gudangnya para “Bapak atau Ibu Empu di Nusantara”, sebut saja nama Ki Keleng, Ki Kuwung, Ki Loning, Ki Angga, Ki Pagelen, Ki Sikir, Empu Ki Siyung Wanara dan Ni Mbok Sombro. Tak heran dari sudut pandang pecinta Isoteri, keris Pasundan dipercaya memiliki perbawa adem ayem dan keberkahan, karena dibabar dengan ritual dan doa sebagai wujud syukur kepada bumi yang dianggap telah memberikan bermacam sumber kehidupan.


PAMOR BERAS WUTAH, Berarti “beras tumpah”, oleh kebanyakan penggemar keris dianggap memiliki tuah yang dapat membuat pemiliknya mudah mencari rejeki, berkelimpahan. Oleh sebagian ahli tanjeg dikatakan bahwa di dalam pamor ini tersembunyi tuah lain yang baik. Bagi lelaki Jawa yang telah menikah, pamor ini juga mengingatkan akan tanggung jawab lelaki sebagai kepala keluarga untuk bertanggungjawab menghidupi / menafkahi keluarganya, sebagaimana tercermin dari ritual “kacar-kucur” pengantin Jawa, dimana pihak lelaki “menumpahkan beras” ke tempat yang telah disediakan pihak perempuan. Arti simbolis ritual ini juga berarti bahwa rejeki yang didapat sang suami “tidak lari kemana-mana“ selain ke istri sendiri – yang sekaligus menjadi pengelolanya.